2009/06/04

Gunung Api Raksasa Ditemukan di Barat Bengkulu


JAKARTA -- Keluarga gunung berapi di Indonesia bertambah satu dengan ditemukannya gunung api raksasa (giant volcano) di bawah laut. Gunung api yang terdeteksi secara tak sengaja itu berada di perairan barat Pulau Sumatra, sekitar 330 kilometer ke arah barat dari Kota Bengkulu di Samudra Hindia.

Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (PTISDA) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Yusuf S Djajadihardja, memperkirakan, gunung api ini memiliki ketinggian kurang lebih 4.600 meter pada kedalaman 5.900 meter.

Puncak gunung api ini berada pada kedalaman 1.280 meter dari permukaan air laut. ''Gunung api ini sangat besar dan tinggi, dengan lebar sekitar 50 kilometer,'' kata Yusuf saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (28/5).

Tidak mustahil, terang Yusuf, gunung yang berlokasi di Palung Sunda itu merupakan gunung tertinggi yang dimiliki Indonesia. Sebagai perbandingan, pegunungan Jayawijaya di Papua hanya berketinggian sekitar 4.000 meter.

Menurut Yusuf, gunung ini memiliki kaldera, yang menandakan gunung tersebut sebagai gunung api. Kendati, dia belum bisa memastikan tingkat keaktifannya. ''Bagaimanapun, gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus,'' katanya.

Namun, bagaimana data lebih rinci gunung tersebut, Yusuf mengaku belum bisa berkomentar banyak. ''Kami belum dapat memberi keterangan lebih lanjut, karena perlu kajian lebih jauh.''

Gunung api bawah laut itu terdeteksi tanpa sengaja, ungkap Yusuf, ketika BPPT, LIPI, Departemen ESDM, CGGVeritas, dan IPG (Institut de Physique du Globe) Paris melakukan survei 'Studi Risiko Kegempaan dan Tsunami' di perairan barat Sumatra.

Riset kelautan itu dilakukan dengan menggunakan metode Seismik Refleksi. Survei dilakukan sepanjang Mei 2009 selama 20 hari menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGGVeritas.

Selain mendeteksi adanya gunung api baru, survei juga berhasil memperoleh gambaran profil struktur geologi dalam (deep geological structures) di daerah perairan barat Sumatra. Salah satunya ditemukan sebuah patahan yang amat luas di cekungan busur muka (fore-arc basin) di daerah perairan Sumatra.

''Para peneliti memprediksi, mungkin saja patahan ini berpotensi tsunami bila terjadi gempa dengan hanya enam skala Richter. Tapi, ini masih perlu penelitian lebih lanjut,'' kata Yusuf.

Namun, dia mengakui, wilayah di perairan Sumatra memang rentan terjadinya tsunami. Bahkan, katanya, terdapat sebuah ramalan ilmiah yang memperkirakan, pada sekitar tahun 2030, di wilayah ini kemungkinan besar bakal terjadi sebuah patahan mega besar.

Luas patahan di bawah laut itu, diprediksi, sebesar kota Padang. Walaupun demikian, lanjutnya, sejatinya tidak ada satu orang ahli pun dapat memastikan, kapan waktu terjadinya mega patahan itu.

''Semua ahli sepakat, dalam jangka panjang, mega patahan yang ditakutkan ini pasti terjadi, suatu hari nanti,'' ungkapnya.

Pertama di dunia
Survei itu merupakan yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang yang pernah dilakukan oleh kapal seismik. Kapal milik CGGVeritas itu memang dilengkapi peralatan multichannel seismik refleksi dengan panjang streamer sercel sentinel solid mencapai 15 kilometer.

''Ini merupakan survei pertama di dunia yang menggunakan streamer terpanjang yang pernah dilakukan kapal survei seismik,'' ungkap Yusuf.

Tujuan dari survei tersebut, jelasnya, adalah untuk mengetahui struktur geologi dalam, meliputi Palung Sunda, Prisma Akresi, Tinggian Busur Luar (Outer Arc High), dan Cekungan Busur Muka (Fore Arc Basin) di perairan Sumatra.

Berkenaan dengan metode survei, Yusuf menjelaskan, kurang lebih 1.700 kilometer multichanel seismik refleksi data dengan penetrasi mencapai kedalaman 50 kilometer (deep seismic). Survei ini dilakukan selama Mei 2009, dengan menggunakan kapal seismik Geowave Champion.

Profesor dari IPG Paris, Satish Singh, menambahkan, tujuan dari survei ini juga sebagai panduan untuk membuat peta risiko kegempaan dan tsunami. Pemilihan wilayah perairan Sumatra, ungkapnya, memiliki alasan lantaran wilayah Mentawai merupakan daerah yang terkunci secara tektonik.
''Wilayah ini, berpotensi besar untuk terjadinya gempa besar yang berujung pada terjadinya tsunami,'' jelasnya.

Sejak kejadian gempa dan tsunami pada akhir 2004 dan gempa-gempa besar susulan lainnya, banyak perubahan struktur di kawasan perairan Sumatra yang menarik minat banyak peneliti asing.

Tim ahli dari Indonesia, Amerika Serikat, dan Prancis kemudian bekerja sama memetakan struktur geologi. Bentuk penelitiannya untuk memahami secara lebih baik, sumber dan mekanisme gempa pemicu tsunami menggunakan citra seismik dalam (deep seismic image).

Indonesia memang sebagai salah satu negara pemilik gunung api terbanyak. Gunung-gunung api di Indonesia adalah gunung-gunung api teraktif di Pacific ring of fire atau cincin api Pasifik.

Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40 ribu kilometer. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik. Sekitar 90 persen dari gempa bumi yang terjadi dan 81 persen dari gempa bumi terbesar, terjadi di sepanjang cincin api ini.